Selasa, 03 Maret 2015

PERBEDAAN SISTEM JIT DENGAN SISTEM TRADISIONAL


Perbedaan sistem JIT dengan sistem Tradisional
1) Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
Sistem tarikan (pull through) atau sistem tarikan permintaan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen. Sebagai contoh, dalam perusahaan, permintaan konsumen eksternal melalui aktivitas penjualan menarik (menentukan) aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menarik aktivitas pembelian. Sedangkan sistem dorongan (push through) adalah sistem penentuan aktivitas-aktivitas berdasarkan dorongan aktvitas-aktivitas sebelumnya. Misalnya, pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.
2) Sediaan tidak signifikan dibanding sediaan signifikan
Just in time karena menggunakan sistem tarikan, dapat mengurangi sediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit bahkan bisa menjadi nol. Sebaliknya dalam sistem tradisional, karena menggunakan sistem dorongan, sediaan jumlahnya signifikan karena (1) jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, (2) jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen, (3) perlunya sediaan penyangga.
3) Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
Just in time hanya menggunakan pemasok dalam jumlah yang sedikit untuk mengurangi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tamabah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai pengiriman tepat waktu dan berharga murah. Sistem tradisional menggunakan banyak pemasok untuk emmperoleh harga yang murah dan bermutu baik, namun akibatnya banyak aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah.
4) Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
Just in time menggunakan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan. Sedangkan sistem tradisional, menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga yang murah harus dibeli dalam jumlah banyak.
5) Struktur seluler dibanding struktur departemen
Just in time biasanya menggunakan struktur seluler yaitu pengelompokkan mesin-mesin dalam satu keluarga secara berurutan, biasanya kedalam struktur kemiringan. Sedangkan sistem tradisional menggunakan struktur departemen yaitu struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.
6) Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
Sistem tradisional mengelompokkan karyawan ke dalam departemen-departemen sehingga mereka terspesialisasi pada departemen-departemen tempat mereka bekerja. Sistem Just In Time (JIT) mengelompokkan karyawan berdasar sel-sel pemanufakturan, sehingga karyawan dilatih untuk berkeahlian ganda.
7) Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
Sistem tradisional mendasar spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sistem Just In Time (JIT), jasa terdesentralisasi pada masing-masing sel pemanufakturan.
8) Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
Dalam sistem tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan keryawan relatif rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasannya. Dalam sistem Just In Time (JIT), manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau memberi peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Keterlibatan ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh.
9) Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
Sistem tradisional pada umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai supervisor karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawan untuk melaksanakan kegiatan. Sistem Just In Time (JIT) memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapat diberdayakan, maka gaya manajemen yang cocok adalah sebagai fasilitator bukan sekedar supervisor.
10) Total Quality Control (TQC) dibanding Accepted Quality Level (AQL)
Sistem JIT membutuhkan penekanan yang lebih kuat pada pengendalian mutu sehingga memerlukan TQC. Total Quality Control (TQC) adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau terbebas dari kerusakan. Sistem tradisional menggunakan pendekatan AQL. Accepted Quality Level (AQL) adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar