Kamis, 03 Maret 2016

IJASAH KOSONG

Ijazah Kosong


Sumber : KompasEdukasi

Tulisan Hasanudin Abdurakhman  

Di perusahaan tempat saya bekerja dulu ada beberapa orang operator mesin yang berijazah sarjana. Suatu hari salah seorang di antara mereka datang kepada saya untuk protes.
“Gaji saya kok disamakan dengan karyawan lain yang lulusan SMA. Padahal saya sarjana.”
“Pekerjaan dan posisi yang kamu tempati itu memang dibuka untuk lulusan SMA. Kalau mau gaji yang lebih tinggi, kamu harus cari pekerjaan untuk lulusan sarjana.”
“Tapi kan seharusnya ada tunjangan khusus untuk sarjana.”
“Tidak ada. Perusahaan memberi gaji atas dasar apa yang kamu kerjakan, bukan atas ijazahmu.”
Dia masih mencoba mendebat, tapi saya potong saja. “Dengar, ya. Saya ini punya ijazah doktor. Tapi gaji saya ya gaji manager, sama seperti gaji manager lain. Tidak ada tunjangan khusus. Kalau kamu merasa kamu punya kelebihan dibanding operator lain, tunjukkan dengan kerja. Kalau kualitas kerja kamu memang berbeda, nanti akan saya naikkan gaji kamu.”
Banyak orang mengira perusahaan itu seperti kantor pemerintah yang menetapkan gaji berdasarkan tingkat ijazah. Pegawai di suatu golongan boleh meminta kenaikan pangkat bila mendapat ijazah dengan tingkat lebih tinggi. Basis penilaiannya hanya ijazah itu. Makanya banyak orang sekolah lagi untuk mencari selembar ijazah.
Mengapa ada sarjana yang bekerja sebagai operator? Tidakkah ada pekerjaan  yang sesuai dengan pendidikannya? Ada, banyak. Besar kemungkinan dia sudah melamar dan ikut tes di banyak tempat, tapi tidak lolos. Akhirnya ia terpaksa bekerja sebagai operator.
Ada begitu banyak sarjana tanpa kompetensi. Tak sedikit dari mereka yang jadi pengangguran. Orang menyebut mereka pengangguran terdidik. Saya lebih suka menyebut mereka pengangguran berijazah.

Pendidikan yang mereka lewati tidak menimbulkan bekas, karena itu tak begitu patut kalau mereka disebut terdidik.
Mengapa bisa ada sarjana seperti ini? Pertama, karena secara intelektual mereka sebenarmya memang tidak masuk kualifikasi bisa kuliah.

Pola pikir masyarakat yang menganggap sarjana itu hebat membuat orang-orang yang tak mampu secara intelektual pun memaksakan diri untuk kuliah.
Waktu saya jadi dosen, masih banyak saya temukan mahasiswa fakultas teknik yang tidak paham definisi sinus cosinus. Bahkan tidak sedikit yang gagap dengan penjumlahan pecahan. Tapi kenapa bisa lulus tes masuk? Entahlah. Lebih ajaib lagi, mereka bisa lulus sarjana.
Perguruan tinggi berlomba menerima mahasiswa dan memproduksi sarjana. Orang-orang yang tidak lulus seleksi masuk, diterima di program ekstensi. Orang yang sebenarnya tidak punya kemampuan akademik memadai, bisa kuliah dengan membayar lebih.
Di level S2 juga begitu. Saya pernah mengajar di suatu program S2, dan sepanjang semester saya heran tak habis-habis melihat kemampuan intelektual para mahasiswa program itu.

Bagi saya, jadi sarjana S1 saja pun mereka belum layak. Tapi begitulah. Program ini memberi kesempatan kepada orang-orang untuk meraih gelar dan ijazah. Hanya itu.
Di luar soal itu, banyak pula mahasiswa yang sebenarnya punya basis intelektual memadai tapi tetap bodoh, karena tidak belajar. Mereka mengira belajar di perguruan tinggi itu hanya aktivitas di ruang kelas itu. Mereka tidak membekali diri dengan kemampuan belajar mandiri. Nilai kuliah tinggi, tapi kompetensi minim.
Kepada mahasiswa selalu saya ingatkan bahwa hal terpenting yang harus mereka kuasai adalah kemampuan belajar mandiri. Mereka harus membangun kemampuan itu, lalu menggunakannya untuk menambah pengetahuan dan skill yang tidak diajarkan di ruang kuliah.

Dengan kemampuan itu pula mereka mengembangkan diri setelah lulus. Itulah poin terpenting dari kesarjanaan. Yaitu bisa menambah ilmu dan keterampilan secara mandiri. Tanpa kemampuan itu seorang sarjana akan jadi fosil.
Di kampus-kampus saya selalu mengingatkan par dosen untuk membimbing mahasiswa untuk meraih kompetensi, bukan sekedar dapat nilai kuliah. Kepada para mahasiswa saya ingatkan untuk membangun kompetensi. Jangan sampai jadi sarjana dengan membawa ijazah kosong.

 

Apa Bedanya Investasi Saham Konvensional dan Syariah?

matamultibook.blogspot.com 

  Ada banyak pilihan berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain bebas memilih saham perusahaan mana saja, ada juga pilihan saham yang syariah.

Menurut Dirut Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto, saham syariah ini hampir sama dengan saham konvensional. Bedanya perusahaan pemilik sahamnya itu menjalankan prinsip-prinsip syariah. Lalu apa keuntungan yang didapat dengan membeli saham syariah? Apakah bisa memberikan profit lebih tinggi dari saham biasa?

"Kita tidak bisa lihat. Tapi buat orang yang punya spirit, ideologi, atau concern maunya investasi di saham syariah mereka punya pilihan. Inilah saham yang masuk kategori syariah sudah sesuai dengan kata hatinya dan dia tahu jelas saham syariah sudah disetujui Dewan Syariah Nasional (DSN),"

Menurut Abiprayadi Riyanto, saham syariah ini akan membantu masyarakat Indonesia untuk memiliki tambahan jenis investasi baru selain instrumen syariah lainnya. Dengan demikian tidak ada perbedaan berarti antara saham syariah dan konvensional, hanya saja si investor bisa yakin kalau investasinya tidak melanggar prinsip syariah.

"Jadi memang kita ini lihat di Indonesia populasi beragam, islam sangat tinggi tapi mereka sendiri tidak merasakan bahwa sosialisasi edukasi yang intensif ke golongan itu. Jadi kita perlu memasyarakatkan dan mensosialiasikan mengenai adanya saham syariah ini. Itu sebabnya kita fokus di sini,"
"Melakukan  sosialisasi syariah, kerja sama dengan BSM karena sudah punya hampir 2.000 calon nasabah yang akan berinvestasi, tapi mereka maunya di saham syariah, jadi perlu kita kenalkan saham-saham apa saja yang dikategorikan sebagai saham-saham syariah dan nanti habis itu kita introduce bagaimana caranya berinvestasi secara syariah," 

Sumber Artikel : Detikfinance

 

Rabu, 28 Oktober 2015

Untuk Menjadi Orang Kaya, Hindari Mengelola Uang Seperti Ini…………



Mengelola uang secara efektif dan effisien merupakan salah satu kunci untuk menjadi orang kaya. hamper semua orang kaya di dunia ini sadar akan tantangan dan ancaman dunia yang akan dilalui masa mendatang. Mereka sealu menerapkan prinsip effisiensi dalam pengelolaan uang.
Kebanyakan orang kaya didunia memilih mengurus sendiri uang mereka. Hanya sebagian kecil yang mempercayakan pengelolaan kekayaannya pada perencana keuangan. Ha ini menjadi bukti pentingnya mengelola keuangan untuk menjadi kya bahkan mempertahankan kekayaan.
Dilansir dari laman CNBC, survey yang dilakukan Bellomy Research, mengungkapkan mayoritas para oreang kaya memilih mengurus sendiri kekayaannya. Survei ini dilakukan terhadap 1.064 investor yang memiliki asset minimal USD 50.000 sampai lebih dari USD 10 juta.
Hasil survey tersebut juga menyebut sekitar 75% para orang kaya lebih memilih menanamkan investasi di dalam negerinya. Mayoritas orang kaya di dunia menghindari kesalahan pengelolaan uang yang mengancam kekayaan mereka. Salah sedikit dalam mengelola uang, maka anda akan susah menjadi orang kaya, bahkan orang kaya bisa jatuh miskin.
Dilansir dari lifehack.org berikut kesalahan pengelolaan uang yang perlu di hindari :
1.       Pengeluaran Besar
2.       Terpaku pada harga


Filosofi Menyimpan dan Mengelola Uang Dari Tujuh Orang Terkaya Di Dunia





Filosofi Menyimpan dan Mengelola Uang Dari Tujuh Orang Terkaya Di Dunia




Menjadi kaya dan hidup bercukupan adalah mimpi semua orang. Banyak yang membanting tulang, siang dan malam demi mengumpulkan pundi-pundi Rupiah. Namun berapa banyak pun uang yang didapat tidak akan berarti jika anda tidak bisa mengelola dan menyimpan uang.
Menyimpan dan mengeloa uang bukanlah hal yang sulit namun juga tidak  mudah. Orang kaya didunia mempunyai pandang dan cara tersendiri dalam mengelola dan menyimpan uang mereka hingga bisa menumpuk.
Saat ini banyak orang kaya didunia dengan  har berlimpah. banyak tips atau cara yang mereka lakukan hingga titik kenyamanan pada segi keuangan. Mereka rata-rata tidak mencolok dan jauh dari sifat boros seperti yang dilihat dari tayangan TV.
Dilansir dari lifehack.org , tujuh orang kaya didunia ini membocorkan pandangan dan cara merek dalam mengeloa dan menyimpan uang.
1.   Bill Gates
Bill Gates adalah orang terkaya dunia dengan kekayaan mencapai hamper USD 80 miliar atau sekitar Rp. 1.054 triliun.

Bill Gates mempunyai filosofi dan pandangan tersendiri dalam mengelola uang. Menurutnya semua orang pasti melakukan kesalahan dalam mengelola uang. Tapi yang akhirnya mencapai kesuksesan financial adalah orang yang tidak hanya membuat kesalahan tapi mereka yang belajar dari kesalahan. “ini memang baik untuk merayakan kesuksesan, tetapi yang lebih penting adalah untuk memperhatikan dan belajar dari kegagalan”.

2.   Ingvar Kamprad
Ingvar adalah salah satu orang kaya didunia dengan total harta mencapai USD 53 miliar atau sekitar Rp. 698 triliun. Ingvar mempunyai cara tersendiri  dalam mengelola uang. Menurutnya, hindari pengeluaran yang tidak perlu. Pendiri IKEA tersebut mengatakan, banyak orang kaya dunia yang tidak suka boros seperti terbang di kelas ekonomi ketimbang pakai jet pribadi.

Dalam pandangannya, “Kita tidak perlu mobil mencolok, judul mengesankan, seragam atau status lainnya. Kita mengandalkan kekuatan dan keinginan kita”.

3.   Warren Buffett
Warren Buffett juga merupakan salah satu orang terkaya dunia dengan total harta mencapai USD 66,1 miliar atau sekitar Rp. 870 triliun. Warren Buffett punya pandangan dan cara tersendiri dalam mengelola dan menyimpan uangnya.
Warren Buffett terkenal sangan sederhana dan jauh dari sifat boros. contohnya saja dia hanya membeli rumah sesuai dengan kebutuhannya dan jauh dari kesan mewah. Dia tinggal dirumahnya di Omaha, Nebraska yang dia beli tahun 1958 silam seharga USD 31.500.
Meskipun memiliki miliaran dolar AS, Buffett tidak menemukan alasan untuk tinggal dirumah mewah dan besar, sebaliknya dia nyaman di rumah 5 kamar tidur yang sederhana.


4.  Oprah Winfrey
Oprah Winfrey adalah pembawa acara talk show terpopuler didunia sepanjang masa yaitu, Oprah Winfrey Show. Kekayaannya Mencapai USD 2,9 miliar atau sekitar Rp. 38,2 triliun. dia bahkan dinobatkan sebagai wanita berdarah Afrika-Amerika terkaya abad ini.
“Filosofi Oprah dalam mengejar kekayaan adalah dengan menemukan gairah sejati”.

“Anda menjadi apa yang anda percaya. Anda berada saat ini berdasarkan segala sesuatu yang anda percaya. Mencari tahu apa yang anda sukai dan kemudian mengejar dengan segala sesuatu yang anda punya, ini akan membrikan imbalan yang besar dalam hidup anda”.

5.   Carlos Slim Helu
Carlos adalah salah satu orang terkaya dunia dengan total harta mencapai USD 78,5 mIliar atau sekitar Rp. 1.034 triliun. Menurutnya kunci mengelola uang yang tepat adalah menabung dan mulai menyimpan lebih awal. Pengusaha asal Mexiko ini mengatakan, “ Menabung dari hasil penghasilan sedini mungkin adalah salah satu cara yang benar. Semakin cepat mulai menabung dan mengelola uang dengan benar maka akan semakin baik di kemudian hari. “ Mulai Menabung dan tidak peduli apa jenis pekerjaan yang anda lakukan”.

6.   Donald Trump
Donald Trump adalah salah satu rang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 3,9 miliar atau setara dengan Rp. 51,3 triliun. Menurut Donald, salah satu kunci mengejar kekayaan adalah bekerja keras dan etos kerja. Banyak orang luar yang melihat Trump sebagai orang yang beruntung dalam dunia keuangan. Namun menurutnya, dia berhasil karena kerja keras.
“Jika pekerjaan dan kerja keras anda terbayar sebagian orang mengatakan bahwa anda beruntung. Mungkin memang begitu, karena anda cukup beruntung untuk memilki otak bekerja keras”.

7.   Li Ka-Shing
Li Ka-Shing beberapa kali menempati peringkat orang terkaya di Asia. Total kekayaannya mencapai USD 31 miliar atau sekitar Rp. 408 triliun. Menurutnya, Kunci mengejar kesuksesan adalah hidup rendah hati dan sederhana.
“Ketika anda baru memulai, anda harus mengajarkan diri sendiri bagaimana untuk hidup kekurangan dan beradaptasi dengan gaya hidup yang tepat dan tidak spektakuler.